Stop Buruh Anak

Stop Buruh Anak

Selasa, April 19, 2011

Pelatihan KESPRO Remaja Nias

Training of Trainer Pendidikan Sebaya Kesehatan Reproduksi Remaja di Nias

Anak harus hidup…
Anak harus hidup…


Tumbuh dan berkembang…
Tumbuh dan berkembang…
Mendapat perlindungan…
Didengar suaranya….
Masa remaja adalah periode yang sarat perubahan dan rentan terhadap masalah yang timbul, hal ini disebabkan karena pada usia remaja secara fisik dan psikis sangat dipengaruhi oleh dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri maupun dari luar diri, seperti yang datang dari lingkungan sehingga dapat mempengaruhi fikiran dan tingkah laku remaja.
Kegiatan pelatihan Pendidik Sebaya (Peer Educator) Kesehatan Reproduksi Remaja yang diinisiasi oleh Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Nias adalah sebagai salah satu cara untuk membekali remaja sehingga mendapat pengetahuan yang cukup agar tidak terjebak dalam situasi yang tidak baik. “Kami yakin bahwa pelatihan ini akan membawa awal yang baik pada seluruh peserta agar dapat membawa bekal untuk jadi pendidik yang baik kepada semua teman sebayanya.” Begitu kira-kira harapan dari Bapak Kemurnian Zebua, Kepala BP, PP, Pemdes Kota Gunungsitoli yang hari itu (14/04/11) membuka kegiatan pelatihan yang diadakan di Hotel Soliga selama 3 (tiga) hari, 14 April 2011 sampai 16 April 2011.
Pelatihan yang dilaksanakan selama 3 (tiga) hari ini disambut begitu antusias oleh para peserta yang datang dari berbagai sekolah seperti SMA Negeri 1, SMA Negeri 3, SMA Swasta Pembda 1 dan 2, SMA swasta BNKP, SMA Swasta Xaverius, Madrasah Aliyah Negeri Gunungsitoli, Madrasah Aliyah Swasta NU, serta komunitas anak dampingan PKPA-Nias, seperti Bale Ono Niha (BON) dan Komunitas anak Nusa Lima Gunungsitoli Idanoi. Artinya para peserta tidak hanya menjadi pendengar saja, namun mereka semuanya terlibat aktif dalam tanya jawab yang panjang dengan para fasilitator. Camelia sebagai fasilitator yang di datangkan dari Medan sangat kagum atas sikap antusias yang ditunjukkan oleh para peserta. “ternyata anak-anak Nias itu pintar-pintar dan kreatif, saya salut!” kata Camelia saat melihat peran serta anak-anak Nias dalam menerima materi yang disajikannya selama 3 (tiga) hari tersebut.
Aktifitas yang dilaksanakan pada hari pertama adalah pemberian beberapa materi yang diawali dengan materi Konvensi Hak Anak (KHA) sebagai perkenalan hak dasar anak, dilanjutkan dengan materi Pernikahan Dini (PD) agar para peserta tahu bahwa pernikahan yang dilakukan pada usia dini sangatlah rentan pada beberapa permasalahan baik secara biologis maupun secara sosial, artinya secara biologis adalah fungsi dari pada organ dalam wanita masih belum matang untuk hamil, dan secara sosial adalah hubungan antara suami istri yang belum cukup umur bisa berakibat pada perceraian dini dikarenakan faktor egois antara kedua belah pihak dan pihak perempuan selalu saja yang menjadi korban.
Materi selanjutnya adalah kesehatan reproduksi yang dilaksanakan pada malam hari tidak mengendorkan semangat anak-anak karena penyajian materi yang asyik dan selalu diselingi dengan permainan sehingga tidak membuat peserta bosan, malahan mereka semua terlibat aktif dalam perdebatan, baik dengan fasilitator maupun dengan peserta lainnya. Hal seperti inilah yang diharapkan dari setiap pelatihan, semangat yang selalu membara sehingga materi yang disajikan dapat ditangkap dengan baik.
Pada hari kedua, materi tentang Gender disampaikan oleh Fitri dari PKPA Nias, materi ini diharapkan sebagai penyadaran kepada para peserta bahwa yang membedakan antar laki-laki dan perempuan hanyalah jenis kelamin dan kodrat yang diberikan oleh Tuhan sedangkan dalam hal peran antara laki-laki dan perempuan adalah sama. Materi selanjutnya adalah tentang Infeksi Menular Seksual (IMS), nah, di sesi ini para peserta terlihat begitu bergidik karena ditampilkannya beberapa slide yang berisi gambar tentang akibat dari terinfeksi virus, bakteri dan jamur dibagian kemaluan laki-laki dan perempuan serta anggota tubuh lainnya. Ekspresi mereka terlihat tegang dan merasa jijik melihat gambar tersebut. Yah, semoga saja dengan ekspresi tersebut mewakili ketakutan mereka untuk menjauhi pergaulan yang tidak sesuai dengan jalur seperti seks bebas, narkoba dan lainnya.
Hari ketiga, hari terakhir dari seluruh rangkaian aktifitas pelatihan. Para peserta dibekali dengan materi pendidik sebaya yang nantinya mereka akan mengimplementasikannya di sekolah masing-masing setelah keluar dari pelatihan. Pada sesi ini, peserta juga mempraktekkan menjadi pendidik sebaya dengan mengangkat isu sesuai dengan materi yang telah diterima dalam beberapa hari sebelumnya. Para peserta terlihat begitu akrab dan kompak, tampak sekali mereka enjoy dan telah menerima dengan baik materi yang diberikan sehingga hanya sekali saja fasilitator memberi arahan, mereka dengan aktif dan kreatif melaksanakannya.
Martin, siswa utusan dari SMA Negeri 1 mengatakan bahwa pelatihan ini sangatlah bermanfaat dan ingin sekali agar pelatihan ini tidak berhenti hanya 3 (tiga) hari saja, tetapi dilaksanakan selama seminggu full, sehingga materi yang disajikan bisa lebih banyak. Begitu pula dengan sisca, siswi utusan dari SMA Negeri 3, dia berharap agar pelatihan ini diteruskan lagi hingga beberapa hari ke depan supaya kekompakan dan kebersamaan mereka selama 3 (tiga) hari ini tidak cepat berhenti, dia sangat senang dan betah dengan teman-temannya yang baru dikenalnya beberapa hari ini.
Akhir dari kegiatan adalah, masing-masing peserta membuat rencana tindak lanjut (RTL) setelah keluar dari pelatihan ini di sekolah masing-masing. Hamedoni, sebagai ketua dari Bale Ono Niha berharap, setelah pelatihan, teman-teman peserta pelatihan bisa bergabung dengan organisasi anak yang dia pimpin sehingga kebersamaan tetap terjaga dan materi yang disampaikan bisa di bahas ulang sehingga ketika turun di lapangan, teman-teman telah menjadi pendidik sebaya yang sudah terlatih dan terampil. (Fitriani Hura).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa Tinggalkan Pesan/Do not forget to leave your message: